Thursday, July 23, 2015

Indikator Mana Yang Paling Menguntungkan

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Setelah pusing menghadapi indikator, sekarang kita sampai di pelajaran yang paling menyenangkan: berapa banyak profit yang bisa dihasilkan satu indikator?

Terkesan matre? Tak usah malu, bukankah ini tujuan utama kita mempelajari indikator; untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Jadi untuk apa kita memasukkan indikator yang hanya berfungsi sebagai penghias grafik?

Agar lebih mudah memahami seberapa efektif tiap indikator, tim seputarforex memutuskan untuk mengambil tabel dari hasil riset sekelompok trader:

IndikatorParameterPeraturan
Bollinger Bands(30,2,2)Cover dan pasang long-position saat harga closing harian melintas di bawah band terendah

Cover dan pasang short-position saat harga closing melintas di atas band teratas
MACD(12,26,9)Cover dan pasang long-position saat MACD1 (yang cepat) melintas di atas MACD2 (yang lamban)

Cover dan pasang short-position saat MACD1 melintas di bawah MACD2
Parabolic SAR(.02,.02,.2)Cover dan pasang long-position saat harga closing harian melintas di atas ParSAR

Cover dan pasang short-position saat harga closing melintas di bawah ParSAR
Stochastic(14,3,3)Cover dan pasang long-position saat Stoch %K melintas di atas 20

Cover dan pasang short-position saat Stoch %K melintas di bawah 80
RSI(9)Cover dan pasang long-position saat RSI melintas di atas 30

Cover dan pasang short-position saat RSI di bawah 70
Ichimoku Kinko Hyo(9,26,52,1)Cover dan pasang long-position saat garis konversi (conversion line) melintas di atas garis dasar (base line)

Cover dan pasang long-position saat garis konversi (conversion line) melintas di bawah garis dasar (base line)


Tabel di atas merupakan penelitian dari sekelompok trader dengan menggunakan pair EUR/USD dengan time frame hairan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Mereka trading menggunakan 1 lot (100,000 unit) dalam satu waktu tanpa menetapkan stop loss atau mengambil profitnya (take profit). Yang dilakukan para peneliti tersebut adalah tutup dan mengganti posisi begitu sinyal baru muncul. 

Artinya, jika semula kita mengambil long position kemudian indikator memberi sinyal agar kita order sell, maka kita harus menutup trading dan membuka short position yang baru. 

Terlepas dari keuntungan dan kerugian yang sebenarnya, dalam contoh tersebut kita memasukkan total pip untung/rugi dan penurunan terbesar.

Perlu dicatat: meski dalam penelitian ini stop loss tak pernah dipergunakan, namun kami TIDAK MENYARANKAN trading tanpa stop loss.

Berikut adalah tabel dari hasil penelitian kelompok trader tersebut:

StrategiJumlah TradeRugi/Laba dalam PipsRugi/Laba dalam %Drawdown Maksimal
Beli-Dan-Tunggu1-3,416.66-3.4225.44
Bollinger Bands20-19,535.97-19.5437.99
MACD1103,937.673.9427.55
Parabolic SAR128-9,746.29-9.7521.96
Stochastic74-20,716.40-20.7230.64
RSI8-18,716.69-18.7234.57
Ichimoku Kinko Hyo5330,341.2230.3419.51


Data tersebut menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima-tahun terakhir, indikator yang menunjukkan performa terbaik adalah Ichimoku Kinko Hyo. Indikator tersebut telah menghasilkan total keuntungan sebesar $30.341 atau 30.35%. Artinya, dalam lima tahun terakhir, rata-rata keuntungan yang didapat adalah sekitar 6% per tahun.

Sayangnya, indikator yang lain tidak terlalu menguntungkan. Misalnya saja indikator Stochastic menunjukkan laba minus 20.72%. Lebih jauh, semua indikator mengalami drawdown maksimal yang cukup substansial antara 20% sampai 30%.

Meski demikian, hal ini tidak berarti Ichimoku Kinko Hyo adalah indikator terbaik, sedangkan indikator lainnya sama sekali tak bermanfaat. Sebaliknya, penelitian para trader ini menunjukkan bahwa semua indikator tersebut tidak banyak memberi manfaat jika mereka berdiri sendiri.

Oleh karena itu, sebagai trader kita perlu belajar bagaimana menggunakan setiap tool trading dan mengombinasikannya agar mendapatkan sistem yang bekerja baik bagi trading kita.

Pelajaran selanjutnya : Pengertian Dasar Fibonacci 

Mengaplikasikan Semua Indikator

Mengaplikasikan Semua Indikator

Sekarang setelah mengetahui cara kerja sebagian besar indikator, saatnya kita melompat masuk ke dalam kubangan lumpur Forex. Seperti iklan salah satu deterjen dengan slogan "berani kotor itu baik", jadi mari berkotor ria dengan beberapa contoh grafik dan cara kerja indikator.

Di dunia trading yang ideal, kita bisa memilih salah satu indikator dari Bollinger BandsMACDParabolic SAR, atau yang lain, kemudian mematuhi mengikuti apapun yang diinformasikan oleh indikator tersebut. Sayangnya, dunia yang sempurna dan ideal tidak ada. Sama seperti semua indikator tersebut yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Itulah sebabnya, di pelajaran kali ini kita akan mempelajari cara mengaplikasikan beberapa indikator ke dalam grafik dengan tujuan agar masing-masing indikator saling mengoreksi, sehingga bisa menutupi kekurangan satu sama lain. Tidak sedikit trader yang menggunakan tiga indikator saat trading dan mereka tidak akan trade, kecuali ketiga indikator yang mereka gunakan memberikan sinyal yang sama.

Jika Bollinger Bands Bertemu Stochastic

Pada contoh yang pertama, kita memiliki grafik pergerakan pair EUR/USD dengan time fram empat-jam serta menggunakanindikator Bollinger bands dan Stochastic. Oleh karena pasar terlihat bergerak sideways, kita mesti fokus pada pantulan Bollinger.

Bollinger Bands Bertemu Stochastic

Bollinger Bands Bertemu Stochastic


Perhatikan sinyal-sinyal "sell" dari Bollinger bands dan Stochastic. EUR/USD tampak merayap sampai ke puncak band yang merupakan level resistance. Sementara itu, di saat yang sama Stochastic sampai di area overbought yang menandakan bahwa harga akan segera anjlok.

Apa yang terjadi kemudian?

EUR/USD jatuh sekitar 300 pips. Jika trade short, bisa dipastikan pada saat itu juga kita mendapatkan profit yang sangat besar.

Beberapa saat kemudian, harga akan menyentuh bagian bawah band, yang merupakan level support pada indikator Bollinger bands. Hal ini berarti pasangan euro dan greenback bisa saja memantul dari titik tersebut. Dengan Stochastic di area oversold, artinya kita harus trade long. Jika kita melakukannya sesuai instruksi kedua indikator tersebut, bisa dipastikan kita akan mendapat sekitar 400 pips! Wohoo!

Saat RSI Bertemu MACD

Kali ini kita akan mempelajari penggunaan RSI dan MACD pada satu grafik

RSI Bertemu MACD

RSI Bertemu MACD


Pada grafik di atas kita bisa melihat RSI telah berada di area overbought dan memberi sinyal "sell". Tak lama kemudian MACD melintas ke bawah (downward crossover), yang juga memberi sinyal "sell". Dan seperti yang bisa kita lihat, harga memang menurun dari titik tersebut.

Beri applaus dong, untuk dua indikator kita yang canggih ini.

Beberapa saat kemudian RSI bergerak turun ke area oversound dan memberi sinyal "buy". Beberapa jam kemudian, MACD melintas ke atas (upward crossover) dan sepakat dengan RSI bahwa saatnya "sell". Dari titik tersebut, harga menanjak dengan mantap. Pip..piripip pip! Kita mendapatkan banyak pips dengan bantuan dua indikator tersebut.

Mungkin untuk beberapa waktu lamanya kita menghabiskan waktu untuk menemukan indikator mana yang sesuai dengan karakter dan gaya trading kita, tapi jangan khawatir. Seiring berjalannya waktu dan banyaknya pengalaman yang kita dapat, lambat laun kita akan mendapat indikator yang tepat untuk kita. Mungkin saja perpaduan indikator MACD,Stochastic, dan RSI cocok bagi beberapa orang. Namun untuk sekelompok orang lainnya, ketiga indikator tersebut sama sekali tidak menarik minatnya.

Setiap trader, bahkan mereka yang profesional dan memberi kesan sebagai kelompok "the untouchables", pernah mengalami masa di mana mereka harus mencari kombinasi indikator yang sempurna bagi trading mereka. Indikator yang akan selalu mampu memberi sinyal yang tepat. Dan sayangnya, hal semacam ini tidak ada di dunia, Kawan.

Oleh sebab itulah sedari awal kelas satu ini kami memberikan berbagai indikator berikut keterangannya, agar kita semua mempelajari mereka hingga akhirnya kita memahami karakter setiap indikator dan bagaimana ia bereaksi terhadap pergerakan harga. Sehingga pada satu titik kita memiliki ide mana indikator yang tepat untuk dikombinasikan dan sesuai dengan gaya trading kita.

Pelajaran selanjutnya : Indikator Mana Yang Paling Menguntungkan 

Ichimoku Kinko Hyo

Ichimoku Kinko Hyo

Ichimoku Kinko Hyo (IKH) adalah indikator yang memperkirakan momentun harga serta menentukan level support dan resistance di masa yang akan datang. Pakai satu dapat tiga manfaat sekaligus. Umumnya indikator ini digunakan pada pair yang mencantumkan JPY sebagai pasangannya.

Sebelum menjelaskan bagaimana sih cara kerja Ichimoku Kinko Hyo ini, ada baiknya jika kita mengetahui tentang makna dari nama indikator yang berasal dari Jepang ini. Ichimoku berarti "sekilas; lirikan; sekali pandang", kinko bermakna "kesetimbangan", sedangkan hyo adalah "grafik" dalam bahasa Jepang. Jadi, ichimoku kinko hyo adalah "satu lirikan pada grafik kesetimbangan".

"Hm...rasa-rasanya aku nggak paham, deh."

Oke, mari langsung saja terbang ke dunia grafik IKH.

Ichimoku Kinko Hyo

Bagaimana? Sudah paham?

gatotkaca bingung

Ehehehe...oke, maaf. Kami memang berniat menggoda.

Oke, mari langsung saja kita membahas tentang grafik ini. Dimulai dari beberapa istilah yang akan sering muncul saat kita mempelajari grafik ini.
  1. Kijun Sen (garis biru): disebut juga garis standar atau garis dasar. Garis ini didapat dengan menghitung rata-rata tinggi (highest high) dan rendah (lowest low) untuk 26 periode terakhir.
  2. Tenkan Sen (garis merah): dikenal juga sebagai garis balik dan didapat dengan menghitung rata-rata tinggi (highest high) dan rata-rata rendah (lowest low) untuk sembilan periode terakhir.
  3. Chikou Span (garis hijau): disebut dengan lagging line. Dia adalah harga penutupan pada hari ini yang dibentuk dari 26 periode sebelumnya.
  4. Senkou Span (garis jingga): garis senkou yang pertama didapat dengan menghitung rata-rata Tenkan Sen dan KiJun Sen, kemudian dibentuk untuk 26 periode ke depan. Garis Senkou yang kedua ditentukan dengan menghitung rata-rata tinggi (highest high) dan rata-rata rendah (lowest low) untuk 52 periode terakhir dan dibentuk untuk 26 periode ke depan.

ichimoku kinko hyo indicators

Bagaimana? Sejauh ini pelajaran tentang indikator Ichimoku Kinko Hyo bisa dicerna? Yah...kita tidak perlu mengingat setiap kata dari pengertian garis-garis indikator. Cukup memahami dan tahu bagaimana menerjemahkan mereka pada saat trading.

Trading Dengan Ichimoku Kinko Hyo
Sebelum kita menilik garis Kijun, mari simak garis Senkou terlebih dulu. Jika harga berada di atas garis Senkou maka garis atas berfungsi sebagai level support pertama, sementara garis bawah berperan menjadi level support kedua.

Jika harga berada di bawah garis Senkou maka garis bawah membentu level resistance pertama, sedangkan garis atas sebagai level resistance kedua. 

Garis Kijun berperan sebagai indikator pergerakan uang di masa depan. Jika harga lebih besar ketimbang garis ini, bisa jadi harga akan terus bergerak naik. Sebaliknya, jika harga berada di bawah garis biru dapat dipastikan harga akan terus turun.

Garis Tenkan adalah indikator tren pasar. Jika garis ini bergerak naik atau turun, hal ini mengisyaratkan bahwa pasar sedang trending. Jika garis merah bergerak secara horizontal, ia memberi sinyal bahwa pasar sedang bergerak ranging atau bergerak sideway.

Nah, sekarang giliran garis Chikou. Jika garis ini melewati harga dengan arah dari bawah ke atas dan menjadi sinyal buy untuk kita. Sebaliknya, jika garis hijau bergerak melewati harga dari atas ke bawah, ini berarti ichimoku memberikan sinyal sell bagi kita.

Sekarang setelah menyimak penjelasan dari SeputarForex, mari kita intip lagi grafik Ichimoku Kinko Hyo. Kali ini dengan penjelasan sinyal-sinyal trade.

Ichimoku Kinko Hyo Example

Memang sih, indikator ini terlihat jauh lebih kompleks ketimbang indikator-indikator sebelumnya. Tapi kelebihan Ichimoku Kinko Hyo adalah dia memiliki level support dan resistance, crossovers, oscillators, dan indikator trend. Semuanya dikemas dalam satu paket! Naujubile, kan, Cang, Cing, Mak, Babe?

Sip markusip, setelah mempelajari grafik-grafik umum dalam forex, sekarang saatnya kita belajar bagaimana sih, memanfaatkan semua indikator tersebut dalam satu grafik. Let's go, traders!

Pelajaran selanjutnya : Mengaplikasikan Semua Indikator 


Average Directional Index

Average Directional Index

Average Directional Index adalah contoh laind ari oscillator. Indikator yang biasa disingkat ADX ini memiliki skala antara 0 hingga 100. Pembacaan di bawah 20 mengindikasikan trend yang lemah, sedangkan pembacaan di atas 50 mengisyaratkan trend yang kuat.

Tidak seperti stochastic, ADX tidak menentukan apakah trend yang terbentuk saat itu adalah bullish atau bearish. Dia hanya mengukur kekuatan dari trend yang saat ini sedang terbentuk. Oleh karena itulah ADX umumnya digunakan untuk menentukan apakah pasar sedang tak bergerak (ranging). Atau dia sedang membentuk trend yang baru.

Coba perhatikan grafik di bawah ini:

Adx Uptrend

Pada contoh pertama di grafik tersebut, ADX terlihat tak bergerak di bawah 20 dari akhir September hingga awal Desember. Dari grafik pair EUR/CHF di atas tampak bahwa pair tersebut terjebak di dalam range pada periode tersebut. Namun di awal Januari, ADX mulai merangkak naik ke atas 50, memberi sinyal bahwa trend yang kuat akan segera terbentuk.

Nah, coba lihat bagian kanan grafik. Euro sedang menyeret Swissy naik dari dasar range dan meneruskan pergerakan mereka hingga terbentuk uptrend yang kuat. Dan...boom! 400 pips siap kita panen!

Sekarang mari perhatikan contoh berikutnya:

Adx Downtrend

Seperti contoh pertama, ADX bergerak melayang seperti hantu di bawah angka 20 untuk beberapa waktu. Pada saat pair EUR/CHF juga sedang raging. Namun tak lama kemudian ADX pun menampakkan pergerakkannya dan melesat melewati angka 50 dan EUR/CHF pun melakukan break out di atas range.

Dan...voila!

Uptrend yang kuat akhirnya terbentuk. Dan kita, Kawan, sudah mendapatkan 300 pips di tangan kita.

Gampang sekali, kan? Tapi satu hal mengenai ADX yang bisa menjadi batu sandungan bagi trader pemula; dia tidak bisa menentukan dengan pasti apakah order yang pas bagi kita untuk situasi tertentu adalah buy atau sell. ADX hanya memberitahu kita bahwa trend yang sedang berlaku cukup aman bagi kita.

Jika di tengah trading ADX mulai merosot di bawah 50 lagi, ini berarti uptrend atau downtrend yang sedang terjadi mulai melemah dan saatnya untuk mengunci profit.

Trading Menggunakan ADX
Cara trading dengan menggunakan indikator ADX adalah menunggu terjadinya breakout pertama sebelum menentukan apakah kita akan trading long atau short.

Atau kita bisa menggabungkan ADX dengan indikator lainnya, khususnya yang mampu mengidentifikasi arah pergerakan pair, apakah ke bawah atau ke atas.

Selain itu, karena ADX fokus pada keamanan trend, ia juga berfungsi untuk memberitahu apakah kita bisa menutup (close) trading lebih awal. Khususnya ketika terjadi pergerakan sideways. Dengan bantuan ADX, kita bisa mengunci pip yang kita dapat sebelum rugi.

Pelajaran selanjutnya : Ichimoku Kinko Hyo

Relative Strength Index

Relative Strength Index

Fungsi dari indikator Relative Strength Indeks, atau yang lebih umum dikenal dengan istilah RSI, tidak jauh berbeda dengan Stochastic. Dia mampu mengenali kondisi overbought dan oversale pada pasar. RSI juga memiliki skala 0 hingga 100. Satu-satunya perbedaan adalah indikasi oversold dan overbought.

RSI mengindikasikan kondisi oversold ketika pembacaan berada di bawah skala 30, sedangkan pembacaan di atas skala 70 mengindikasikan overbought.

Relative Strength Index overbought oversold

Trading dengan RSI

Penggunaan RSI tidak jauh berbeda dengan Stochastic. Kita bisa menggunakannya untuk memilih titik teratas dan titik terbawah, tergantung pada kondisi pasar apakah sedang overbought atau oversold.

Di bawah ini adalah contoh grafik 4-jam dari pair EUR/USD.

Relative Strength Index  oversold

Dari gambar grafik di atas tampak bahwa pair tersebut anjlok dalam skala mingguan terakhir, dan merosot sekitar 400 pips pada kurun waktu dua minggu.

Pada tanggal 7 Juni, EUR/USD telah diperdagangkan di bawah 1.2000. Akan tetapi, RSI merosot di bahwa 30 dan memberi sinyal bahwa seller telah kabur dari pasar dan kemungkinan harga tidak akan bergerak lagi. Harga pair tersebut baru akan berbalik dan mengarah kembali ke atas beberapa minggu kemudian.

Menentukan Trend dengan RSI

RSI adalah salah satu trading tool yang paling populer di antara trader. Penyebab tingginya popularitas indikator ini adalah karena fungsi keduanya, yaitu untuk mengkonfirmasi formasi trend.

Jika kita sedang mencari kemungkinan terbentuk uptrend, maka jangan ragu untuk melirik RSI dan pastikan dia berada di atas angka 50. Sebaliknya, jika menurut kita mencari kemungkinan terbentuknya downtrend, maka pastikan kalau RSI berada di bawah 50.

Relative Strength Index Cross Downtrend

Pada bagian awal grafik di atas, kita bisa melihat kemungkinan terbentuknya downtrend. Nah, agar tidak terjebak sinyal palsu, kita bisa menunggu RSI melewati garis di bawah 50 untuk mengkonfirmasi terbentuknya trend.

Tak beberapa lama kemudian, membuktikan bahwa downtrend akan terbentuk, RSI bergerak turun melewati 50. Downtrend pun akhirnya terkonfirmasi.

Pelajaran selanjutnya : Average Directional Index 


Indikator Stochastic



Parabolic SAR



Moving Average Convergence Divergence



Bollinger Bands



Indikator-Indikator Umum



Sekolah Menengah Pertama



Contekan Candlestick Jepang



Pola Candlestick Triple - Tiga Ninja Legendaris



Pola Candlestick Double - Legenda Pasangan Tanabata yang Sehati

Indikator Stochastic

Di pelajaran kali ini kita akan mempelajari indikator Stochastic. Serupa dengan indikator di pelajaran sebelumnyaParabolic SAR, Stochastic juga membantu trader untuk menentukan di mana sebuah trend akan berakhir.

Stochastic pada dasarnya adalah oscillator yang mengukur kondisi overbought dan oversold pada pasar. Karakter dua garis pada indikator ini mirip dengan karakter garis MACD; bahwa satu garis bergerak lebih cepat ketimbang garis lainnya.

stochastic.png

Trading dengan Stochastic

Meski memiliki persamaan dengan Parabolic SAR, namun yang membedakan keduanya adalah kemampuan Stochastic, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, stochastic membantu trader seperti kita untuk memastikan kapan pasar dalam kondisi overbought dan kapan saatnya ia oversold. Stochastic dihitung dengan skala 0 hingga 100.

Ketika dua garis stochastic berada di atas angka 80 (titik-titik merah yang terhubung menjadi garis pada grafik di atas), maka hal ini mengisyaratkan bahwa pasar dalam kondisi oversold.

Sederhananya, pada saat pasar oversold kita pasang buy, dan sebaliknya, kita memasang sell jika market overbought.

stochastic overbought start

Nah, sekarang mari perhatikan grafik di atas. Seperti yang bisa kita lihat, Stochastic menunjukkan bahwa pada saat itu pasar sedang dalam kondisi overbought selama beberapa waktu. Berdasarkan informasi ini, bisakah kau menebak ke arah mana harga bergerak?

Jika jawabanmu adalah merosot ke bawah, maka...yap! Kau benar. Karena pasar berada dalam kondisi overbought untuk waktu yang cukup lama, pembalikan (atau yang lebih dikenal dengan istilah reversal) sudah pasti akan terjadi.

Itulah sekilas penjelasan mengenai Stochastic.Banyak trader menggunakan indikator Stochastic dengan berbagai cara, namun tujuan utama dari indikator ini adalah menunjukkan pada kita kapan dan di mana kira-kira pasar akan berada dalam kondisi overbought atau oversold.

Seiring berjalannya waktu, kita pasti akan belajar menggunakan Stochastic dan mampu menyesuaikannya hingga menjadi bagian dari ciri khas trading kita.

Sudah paham mengenai Stochastic? Sip. Mari lanjut ke pelajaran berikutnya: RSI.

Pelajaran selanjutnya : Relative Strength Index 


Indikator Stochastic

Parabolic SAR

Selama ini kita telah mengenal indikator yang hanya terfokus pada bagaimana menangkap awal dari sebuah trend yang baru. Meski penting bagi kita untuk mengidentifikasi trend yang baru, namun tahu di mana sebuah trend akan berakhir juga sama pentingnya. Trading akan terasa sempurna bila kita tahu, kapan waktu yang pas untuk melakukan entry dan exit.

Parabolic SAR

Ada satu indikator yang bisa membantu kita untuk menentukan di mana kira-kira sebuah trend akan berakhir adalah Parabolic SAR (Stop And Reversal). Parabolic SAR menggunakan titik atau poin untuk menunjukkan pembalikkan potensial dari pergerakkan harga di dalam grafik.

Kita bisa lihat pada gambar di atas bahwa titik-titik pada grafik bergerak dari bagian bawah candle pada saat uptrend, menuju ke atas candle pada saat trend berbalik menjadi downtrend.

Trading Menggunakan Parabolic SAR

Keunggulan Parabolic SAR adalah dia mudah digunakan, bahkan oleh trader baru. YAY!

Cara membaca indikator ini adalah ketika titik-titik ada di bawah candle itu berarti dia memberi sinyal pada kita agar memasang order buy. Sebaliknya, titik-titik seperti semut itu berada di atas candle, hal ini berarti saatnya kita pasang order sell.

Cara membaca Parabolic SAR

Eh, cuma begitu saja?

Yap! Mudah sekali, kan? Hehe...

Parabolic SAR bisa jadi adalah indikator yang paling mudah untuk dibaca karena dia hanya memberi gambaran pergerakan harga, apakah naik atau turun. Dengan karakteristik semacam ini, Parabolic SAR cocok digunakan pada market yang sedang trending, mengalami rally panjang, atau downturns.

Jangan pernah sekali-kali menggunakan indikator ini pada market yang choppy, di mana harga bergerak sideways.

Menggunakan Parabolic SAR Untuk Keluar Trade Selain untuk mengenali akhir dari sebuah trend dan order apa yang mestinya dipasang, kita juga bisa menggunakan Parabolic SAR untuk menentukan apakah kita harus close trading kita atau tidak.

Mari lihat bagaimana Parabolic SAR bekerja sebagai sinyal exit trading pada pair EUR/USD:

contoh parabolic sar

Pada saat EUR/USD mulai merosot di akhir April, pair ini terlihat seakan tidak akan berhenti sampai dia menyentuh titik dasar neraka. Trader yang sebelumnya sempat melakukan trading tipe short atas pair ini, pasti bertanya-tanya seberapa lama EUR/USD akan lanjut melorot seperti itu.

Di awal Juni, tiga titik terbentuk di akhir harga, memberi sinyal bahwa downtrend telah berakhir dan saatnya untuk keluar (exit) dari trading shorts.

Jika kita dengan keras kepala tidak mau menutup trading karena mengira EUR/USD akan kembali melanjutkan penurunannya, tanpa sadar kita telah menghapus semua profit yang kita dapat, sebab pair ini pada akhirnya akan kembali merangkak naik (bahkan mungkin melambung) ketika mendekati harga 1.3500.

Pelajaran selanjutnya : Stochastic 

Moving Average Convergence Divergence

Tool trading ini digunakan oleh sebagian besar trader untuk mengidentifikasi pergerakan rata-rata (moving averages) yang mengindikasikan munculnya trend baru, yang bisa berupa bullish atau bearish.

Ketika tercipta trend bullish atau bearish, kita tak perlu khawatir. Lagipula prioritas utama kita dalam bertrading adalah menemukan trend, entah naik atau pun turun, yang bisa kita manfaatkan untuk meraup untung.

Moving Average Convergence Divergence (MACD) Histogram

Dengan grafik MACD, kita akan melihat tiga angka yang biasa digunakan untuk setting grafik ini.
  • Angka pertama adalah jumlah periode yang digunakan untuk menghitung moving average yang cepat.
  • Angka kedua adalah jumlah periode yang digunakan untuk pada moving average yang lamban.
  • Angka ketiga adalah jumlah bar yang digunakan untuk menghitung moving average dari perbedaan antara moving average yang cepat dan lamban.


Misalnya saja kita melihat angka "12, 26, 9" sebagai parameter MACD (yang umumnya adalah setting default untuk sebagian besar grafik). Beginilah makna dari angka-angka tersebut:
  • Angka 12 mewakili 12 bar moving average sebelumnya yang lebih cepat
  • Angka 26 mewakili 26 bar moving average sebelumnya yang lebih lamban
  • Angka 9 mewakili 9 bar moving average dari selisih dua jenis moving average, yang terwujud dari garis vertikal yang disebut histogram (garis hijau pada grafik di atas).


Di kalangan trader berkembang kesalahpahaman sehubungan dengan garis-garis MACD. Dua garis yang muncul BUKANLAH pergerakan rata-rata (moving averages) dari harga. Sebaliknya, dua garis tersebut adalah PERBEDAAN dari pergerakan rata-rata antara dua moving average.

Pada contoh di atas, moving average yang cepat adalah gambaran pergerakan rata-rata dari perbedaan antara moving average 12 dan 26 periode . Sedangkan moving average yang lamban menggambar rata-rata dari garis MACD sebelumnya. Sekali lagi, dari contoh di atas, itu akan diwakili oleh moving average 9 periode.

Artinya...kita mengambil rata-rata dari 9 periode terakhir dari garis MACD yang bergerak dengan cepat dan menempatkannya sebagai moving average kita dengan pergerakan yang lamban. Hal ini akan memberikan garis pergerakan rata-rata harga yang lebih akurat.

Histogram ini akan menggambarkan perbedaan antara pergerakan rata-rata yang cepat dan lamban. Jika kita melihat grafik yang sebenarnya, kita bisa menangkap bahwa (ketika dua moving average bergerak terpisah, histogram akan menjadi lebih besar.

Inilah yang disebut dengan divergence karena moving average yang lebih cepat ber-diverging, atau bergerak menjauh dari moving average yang lebih lamban.

Ketika moving averages bergerak mendekati satu sama lain, histogram menjadi lebih kecil. Inilah yang disebut denganconvergence karena moving average yang lebih cepat ber-converging atau bergerak mendekati moving average yang lebih lamban.

Dan inilah mengapa, Kawan Moving Average Convergence Divergence dinamakan MACD. Hah...panjang sekali penjelasan untuk istilah yang begitu pendek, M-A-C-D.

Eits, jangan salah! Tidak ada salahnya kita belajar mengenai sejarah bukan, apalagi sejarah yang bisa membuat kocek kita semakin tebal.

Nah, sekarang kita tahu mengenai MACD. Selanjutnya, apa sih yang bisa dilakukan kawan kita si MACD untuk kita (dan rekening kita)!

Trading Menggunakan MACD
Dari keterangan sebelumnya kita sekarang tahu ada dua macam moving average dengan "kecepatan" yang berbeda. Dan tentu saja, moving average yang lebih cepat akan cenderung akan segera bereaksi terhadap pergerakan harga, jika dibandingkan moving average yang lebih lamban.

Ketika trend baru muncul, garis yang cepat (fast line) akan terlebih dulu bereaksi dan nantinya akan bersilangan dengan garis yang lamban (slower line). Ketika "crossover" semacam ini muncul dan fast line mulai "diverge" atau menjauhi slower line, peristiwa ini mengindikasikan bahwa trend baru telah terbentuk.

Moving Average Convergence Divergence (MACD) Fast Slow

Dari grafik di atas kita bisa melihat bahwa fast line bersilangan dengan slower line kemudian bergerak di bawah garis tersebut dan secara tepat mengindikasikan kemunculan downtrend yang baru. Perhatikan, ketikan kedua garis tersebut saling silang, histogram untuk beberapa saat menghilang.

Hal ini disebabkan perbedaan antara kedua garis yang pada saat itu adalah 0. Ketika downtrend mulai terbentuk dan fast line menyimpang (diverge), menjauh dari slow line, histigram menjadi semakin besar. Hal ini mengindikasikan trend yang menguat, bisa jadi uptrend atau downtrend.

Mari perhatikan grafik di bawah.

Moving Average Convergence Divergence (MACD) example

Pada grafik EUR/USD 1-jam seperti contoh di atas, fast line bergerak bersilangan dengan slow line sementara histogram menghilang. Hal ini mengisyaratkan bahwa downtrend akan segera mengalami reverse (pembalikan).

Sejak saat itu, EUR/USD mulai melesat ke atas, bersamaan dengan dimukainya uptrend baru. Bayangkan hal ini terjadi pada trading kita; setelah menunggu sekian lama akhirnya terjadi crossover. Wush! Mendadak kita bisa untung 200 pip berkat bertemunya dua garis MACD.

Satu kelemahan MACD. Secara natural, moving average cenderung bergerak lebih lamban ketimbang pergerakan harga. Hal ini disebabkan moving average tidak lebih dari alat pencatat sejarah pergerakan harga.

Karena MACD mewakili moving average dari moving average lainnya dan diperhalus oleh moving average lainnya, kita bisa bayangkan bahwa akan muncul lag. Meski demikian MACD tetap menjadi tool favorit banyak trader.

Pelajaran selanjutnya : Parabolic SAR 

Bollinger Bands®

Yay! Selamat datang di tingkat Sekolah Forex Tingkat Menengah.

Berbeda dengan beberapa tingkat sebelumnya di mana kita hanya mempelajari materi-materi dasar dalam dunia trading Forex, di sini kita akan mempelajari beberapa tool yang bisa dipilih untuk dimasukkan ke dalam kotak trading tool kita.

Tak ubahnya seperti tukang bangunan... Yah, oke, kedengarannya memang tidak terlalu keren. Mari kita ubah jadi arsitek. Ehem! Tak ubahnya seperti arsitek, setiap trader harus memiliki kotak peralatan yang bisa diraih dan dibuka kapan saja, setiap kali kita memerlukannya. Jadi, saat memerlukan satu tool untuk satu situasi tertentu, kita tak perlu lari. Atau dalam kasus trading forex menggerakkan tangan kita dan membuka situs-situs tertentu, hanya untuk mencari tool yang cocok untuk situasi trading saat itu.

Kalau dalam dunia arsitek ada AutoCad, penggaris, juga maket sebagai tool. Di dalam dunia trading yang menjadi tool adalah indikator.

Semakin banyak tool yang ada di dalam kotak, semakin tinggi daya adaptasi kita terhadap situasi market yang sering berubah-ubah. Kalau kita fokus pada situasi trading tertentu, kita juga bisa memilih beberapa tool saja untuk dimasukkan ke dalam kotak trading tool kita. Menjadi ahli dalam satu hal lebih baik, dibanding sekadar bisa banyak hal tapi tak memiliki pengetahuan yang baik. Lagipula, kedengarannya keren kalau kita mengenalkan diri sebagai Mr. X, ahli Bollinger Band. Atau Profesor Y, M.A. (alias Moving Average). Ya, kan? Hehe...

Jutaan Cara Berbeda, Meraup Pip
Ada berbagai cara untuk mendapatkan pip dan di sini kita akan belajar tentang berbagai indikator, yang menjadi tool untuk kita kumpulkan ke dalam kotak kita.

Yah, kita mungkin tidak akan memerlukan semua indikator. Tapi rasanya akan lebih baik jika kita bisa membuka kotak trading tool dan menemukan apa pun alat yang kita perlukan, tanpa perlu bertanya pada tetangga? (Apalagi kalau tetangga trader kita miskin sinyal...).

Jadi, ayo, kita langsung belajar!

Sejarah Bollinger Bands
Bollinger Bands dikembangkan oleh John Bollinger. Kecewa pada Paul McCartney dan John Lennon yang menolaknya masuk sebagai anggota Beatles, Bollinger akhirnya membentuk grupnya sendiri: Bollinger Bands.

Oups! Bercanda. Haha!

Oke, kali ini kita akan serius belajar.

Bollinger Bands dikembangkan oleh John Bollinger bukan guyonan. Dia menggunakan indikator ini untuk mengukur volatilitas pasar.

Secara sederhana, indikator Bollinger Bands menunjukkan pada kita kapan pasar tidak bersuara dan kapan pasarBERISIK!. Sewaktu pasar tidak bersuara, bands berkontraksi alias mengerut. Sedangkan saat pasar BERISIK!, bands akan berekspansi atau melebar.

Perhatikan gambar di bawah ini. Grafik tersebut menunjukkan pada saat harga bergerak tenang, tak bersuara. Bands bergerak merapat. Sewaktu harga bergerak naik, bands akan melonggar.

bollinger band

Hanya itu saja?!

Secara sederhana memang seperti itu. Tidak ada hal yang rumit dalam Bollinger Bands. Yah... memang ada sejarah tentang Bollinger Bands, bagaimana menghitungnya, seperti apa formula matematikanya. Dan lain sebagainya.

Tapi kita tak perlu semua itu. SeputarForex merasa yang terpenting dari sebuah teori adalah bagaimana pengaplikasiannya. Karena itu, dalam pelajaran ini hanya ada pelajaran inti dan pengaplikasian Bollinger Bands ke dalam praktik trading kita.

Jangan khawatir, ini bukan berarti tidak ada penjelasan lebih jauh mengenai Bollinger Bands. Kalau penasaran dengan bagaimana sebenarnya indikator ciptaan John Bollinger ini, kita bisa klik salah satu artikel SeputarForex atau search di dalam situs SeputarForex. Ada banyak artikel yang ditulis oleh tim kami.

Pantulan Bollinger
Satu hal yang mesti kita ingat tentang Bollinger Bands bahwa harga memiliki kecenderungan untuk kembali ke tengah bands. Inilah alasan mendasar muncul istilah "Pantulan Bollinger" (Bollinger Bounce). Coba tilik grafik di bawah ini dan tebak, ke mana harga bergerak selanjutnya.

bollinger resistance start

Kalau jawabannya down, selamat! Jawaban itulah yang tepat.

Seperti yang bisa kita lihat, harga kembali bergerak turun menuju bagian tengah dari bands.

bollinger resistance end
Apa yang baru saja kita simak adalah Bollinger Bounce tipe klasik. Penyebab mengapa lonjakan ini terjadi adalah karena Bollinger Bands bergerak seperti level support dan resistance yang dinamis.

Semakin lama time frame kita, para bands ini akan "bermain" semakin kuat. Banyak trader telah mengembangkan sistem yang berkembang pesat pada lonjakan-lonjakan tersebut dan strategi ini sempurna bila digunakan pada saat pasarranging dan tidak ada trend yang jelas di sana.

Nah, sekarang mari kita perhatikan bagaimana cara menggunakan Bollinger Bands ketika pasar bergerak.

Tekanan Bollinger
Istilah Tekanan Bollinger (Bollinger Squeeze) cukup menjelaskan apa maksud hal ini. Pada saat bands tertekan, biasanya ini mengisyaratkan breakout yang akan segera terjadi.

Jika candle mulai menembus di atas puncak salah satu band, maka pergerakan akan cenderung berlanjut ke atas. Jika candle mulai menembus di bawah bagian terendah band, hal ini menandakan harga akan meneruskan pergerakannya ke bawah.

bollinger squeeze start

Perhatikan grafik di atas. Kita bisa melihat bagaimana bands tertekan. Harga baru saja mulai menembus di atas band tertinggi. Nah, berdasarkan informasi ini, tebak ke mana harga akan bergerak selanjutnya?

bollinger squeeze end

Kalau jawabanmu naik, maka...Anda benar!

Inilah bagaimana tipikal Bollinger Squeeze bekerja.

Strategi ini didesain agar kita mampu menangkap pergerakan harga sedini mungkin. Memang, kejadian ini tidak terjadi tiap hari, tapi kita bisa menemukannya beberapa kali dalam seminggu jika kita memasang time fram 15 menit pada grafik.

Ada beberapa hal yang bisa kita manfaatkan dari Bollinger Bands, tetapi ini adalah strategi paling umum yang sering dihubungkan dengan "para pemain" band ini. Nah, saatnya menaruh indikator ini ke dalam kotak peralatan sebelum berpindah ke indikator selanjutnya : Moving Average Convergence Divergence.

Indikator-Indikator Umum

Bollinger Bands®

Bollinger Bands dikembangkan oleh John Bollinger bukan guyonan. Dia menggunakan indikator ini untuk mengukur volatilitas pasar. Secara sederhana, indikator Bollinger Bands menunjukkan pada kita kapan pasar tidak bersuara dan kapan pasar BERISIK!

Moving Average Convergence Divergence (MACD)

Tool trading ini digunakan oleh sebagian besar trader untuk mengidentifikasi pergerakan rata-rata (moving averages) yang mengindikasikan munculnya trend baru, yang bisa berupa bullish atau bearish.

Parabolic SAR

Ada satu indikator yang bisa membantu kita untuk menentukan di mana kira-kira sebuah trend akan berakhir adalah Parabolic SAR. Parabolic SAR menggunakan titik atau poin untuk menunjukkan pembalikkan potensial dari pergerakkan harga di dalam grafik.

Stochastic

Di pelajaran kali ini kita akan mempelajari indikator Stochastic. Serupa dengan indikator di pelajaran sebelumnya. Stochastic juga membantu trader untuk menentukan di mana sebuah trend akan berakhir.

Relative Strength Index

RSI adalah salah satu trading tool yang paling populer di antara trader. Penyebab tingginya popularitas indikator ini adalah karena fungsi keduanya, yaitu untuk mengkonfirmasi formasi trend. 

Average Directional Index

Average Directional Index adalah contoh lain dari oscillator. Indikator yang biasa disingkat ADX ini memiliki skala antara 0 hingga 100. Pembacaan di bawah 20 mengindikasikan trend yang lemah, sedangkan pembacaan di atas 50 mengisyaratkan trend yang kuat.

Ichimoku Kinko Hyo

Ichimoku Kinko Hyo adalah indikator yang memperkirakan momentun harga serta menentukan level support dan resistance di masa yang akan datang. Pakai satu dapat tiga manfaat sekaligus. Umumnya indikator ini digunakan pada pair yang mencantumkan JPY sebagai pasangannya.

Mengaplikasikan Semua Indikator

Sekarang setelah mengetahui cara kerja sebagian besar indikator, saatnya kita melompat masuk ke dalam kubangan lumpur Forex. Seperti iklan salah satu deterjen dengan slogan "berani kotor itu baik", jadi mari berkotor ria dengan beberapa contoh grafik dan cara kerja indikator. 

Indikator Mana Yang Paling Menguntungkan

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Setelah pusing menghadapi indikator, sekarang kita sampai di pelajaran yang paling menyenangkan: berapa banyak profit yang bisa dihasilkan satu indikator?

Sekolah Menengah Pertama

Kategori di Sekolah Forex tingkat SMP di antaranya:

Indikator-Indikator Umum
Kondisi pasar forex bisa dinilai menggunakan indikator grafik. Karena indikator atau yang disebut juga dengan tool, berguna untuk memberikan informasi dari rumus atau perhitungan yang dipakai oleh trader. Dengan demikian, trader tak perlu kebingungan dalam memprediksi kemana arah pasar selanjutnya. Sebenarnya, banyak sekali indikator forex yang tersedia di dunia ini. Di kelas ini kita akan mempelajari beberapa indikator yang paling umum dipakai. Bel tanda masuk sudah berbunyi! Ayo segera masuk kelas! 

Fibonacci Dan Moving Average
Teori Fibonacci pun dapat digunakan dalam memperhitungkan arah pasar forex. Dan yang paling istimewa adalah tool Fibonacci retracement. Bagi yang sudah memahami penggunaan candlestick, fibonacci retracement akan sangat membantu untuk mendapatkan profit.

Moving average adalah salah satu metode sederhana membaca pergerakan harga dari waktu ke waktu. Indikator moving average ini termasuk salah satu indikator klasik yang diaplikasikan dalam grafik forex. Ada beberapa jenis indikator moving average, dan masing-masing memiliki level pembacaan harga yang berbeda, namun karakteristik pada intinya sama.

Pivot Point
Pivot poin serta level support dan resistance adalah area di mana arah pergerakan harga dapat berubah kapan pun. Serupa tapi tak sama dengan level Fibonacci, pivot poin cenderung lebih obyektif dalam membaca grafik.